News, TNI  

Cegah Stunting Kodim 1628/SB Laksanakan Pembekalan Pengetahuan Kepada Apkowil

Harian NTB, Sumbawa Barat | Belakangan ini kita sering mendengar tentang stunting dan sering dibicarakan oleh beberapa kalangan terutama ibu-ibu yang memiliki anak balita, stunting dan pendek memang sama-sama menghasilkan tubuh yang tidak terlalu tinggi. namun stunting dan pendek adalah kondisi yang berbeda sehingga membutuhkan penanganan yang tidak sama. Singkatnya stunting adalah pendek namun pendek belum tentu stunting.

Terkait hal tersebut Kodim 1628/SB melaksanakan kegiatan pembekalan pengetahuan stunting kepada para aparat kewilayahan, di Aula kodim 1628/SB jalan lintas Labuhan Balad, Taliwang, Sumbawa Barat, Selasa (08/11/2022).

Pada kesempatan tersebut, Kasdim 1628/SB Mayor Inf Dahlan menyampaikan terimakasih kepada Kadis DP2KB P3A Kabupaten Sumbawa Barat Tuwuh, S, Ap., yang berkenan hadir sebagai nara sumber dalam kegiatan pembekalan pengetahuan stunting di Kodim 1628/SB.

Kasdim menghimbau kepada seluruh aparat kewilayahan Kodim 1628/SB agar dapat mendengarkan apa yang disampaikan pak kadis sehingga dapat difahami dan dijadikan bekal dalam melaksanakan tugas khususnya membantu mencegah dan mengurangi kasus stunting di Sumbawa Barat.

Sedangkan Kadis DP2KB P3A pada kesempatan yang sama menyampaikan terimakasih kepada Kodim 1628/ SB yang selalu bersinergi dilapangan dalam memberikan pelayanan kepada Masyarakat.

“Terkait stunting pada anak memang harus menjadi perhatian dan diwaspadai kondisi ini dapat menandakan bahwa nutrisi anak tidak terpenuhi dengan baik. Jika dibiarkan tanpa penanganan, stunting bisa menimbulkan dampak jangka panjang kepada anak. Anak tidak hanya mengalami hambatan pertumbuhan fisik, tapi nutrisi yang tidak mencukupi juga memengaruhi kekuatan daya tahan tubuh hingga perkembangan otak anak,” jelasnya.

Stunting lanjutnya, adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah 5 tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Balita pendek (stunted) dan sangat penting (severety stunted) adalah balita dengan panjang badan (PB/U) dan tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS tahun 2006.

“Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) menunjukkan angka yang cukup menggembirakan terkait masalah stunting. Angka stunting atau anak tumbuh pendek turun dari 37,2 persen pada Riskesdas 2013 menjadi 30,8 persen pada Riskesdas 2018,” urainya.

Meski trend stunting itu, jelasny mengalami penurunan, hal ini masih berada di bawah rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu kurang dari 20 persen. Persentase stunting di Indonesia secara keseluruhan masih tergolong tinggi dan harus mendapat perhatian khusus.

“Sebelum membicarakan lebih jauh tentang upaya pencegahan stunting yang dapat kita lakukan, lanjut Kadis, sebaiknya kita juga mengetahui tentang penyebab stunting itu sendiri,” ujarnya.

Menurutnya, stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi prevalensi stunting pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita. Beberapa penyebab stunting sebagai berikut, Praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum, pada masa kehamilan dan setelah melahirkan.

“Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC (ante natal care) atau pelayanan kesehatan ibu selama masa kehamilan, post natal care atau pelayanan setelah melahirkan dan pembelajaran dini yang berkualitas,” paparnya.

Selain itu, jelas dia lagi masih kurangnya akses rumah tangga/ keluarga pada makanan bergizi
Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi
beberapa penyebab seperti yang dijelaskan di atas, telah berkontribusi pada masih tingginya prevalensi stunting di Indonesia.

“Oleh karenanya diperlukan rencana intervensi yang komprehensif untuk mengurangi prevalensi stunting di Indonesia lebih khusus di Sumbawa Barat,” pungkasnya.

Adapun hadir pada kesempatan tersebut, Kasdim 1628/SB Mayor Inf Dahlan, Kadis DP2KB P3A Sumbawa Barat beserta Kabid., Pasi Ter Kodim 1628/SB, Pasi Ops Kodim 1628/SB Para Peserta Pembekalan.(HNTB)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *