InsideNTB com, Purwakarta – Mendengar ada salah satu warga yang saat ini menempati rumah tak layak huni, Kepala Desa (Kades) Cihuni, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Purwakarta, Tatang Suhenda langsung merespon cepat.
Respon cepat ini sebagai bentuk tanggung jawabnya, dengan memerintahkan seluruh aparat desa, mulai Kepala Dusun, RW, RT di lingkungan tempat tinggal Mak Ehot untuk bergerak cepat memberikan solusi agar segera merenovasi rumah yang atapnya nyaris ambruk.
Kepala Desa Cihuni, Tatang Suhenda membenarkan bahwa kondisi rumah Mak Ehot saat ini perlu untuk segera diperbaiki, karena secara kasat mata semua atap rumah tersebut sudah lapuk.
“Kita upayakan segera diperbaiki, walaupun dalam pengerjaannya nanti kita sistemnya gotong royong. Alhamdulillah materialnya sudah tersedia dan terkumpul seperti bambu, kayu, genting dan semen. Itu semua dari hasil swadaya masyarakat,” ungkapnya, kepada wartawan, Senin (21/9/2020).
Menyinggung terkait, masalah bantuan BLT Covid – 19 yang diberikan kepada Mak Ehot, Kepala Desa Tatang, menyebut, jika selama 3 bulan awal sejak mulai Pandemi Covid-19 yang bersangkutan tetap menerima bantuan sebesar Rp.600.000,- tanpa adanya potongan.
“Jadi, tidak benar jika ada potongan dari bantuan Covid-19. Memang, semua penerima BLT mulai April sampai Juni mendapat Rp.600.000,- perbulan. Namun, sejak bulan Juli sampai September sesuai dengan juklak Juknis Covid-19, penerima BLT hanya mendapat RP. 300.000,- perbulan, karena mengingat pandemi belum berakhir maka penerima hanya mendapat RP 300.000,- perbulan. Jadi, sekali lagi saya katakan itu tidak benar. Bagi penerima BLT, tetap akan berlangsung sampai dengan bulan Desember akhir tahun ini,” jelasnya.
Selain itu, dirinya menyampaikan rasa terimakasih atas kepedulian semua pihak terhadap Mak Ehot terutama kepada warga Desa Cihuni, atas segala bantuan dan partisipasinya untuk membantu Mak Ehot.
“Terima kasih atas kepedulian warga sekitar dalam waktu singkat bisa berpartisipasi dalam membantu dan mangumpulkan material untuk segera merenovasi rumah Mak Ehot dalam waktu dekat,” demikian, tutupnya.
Diberitakan sebelumnya, Mak Ehot Julaeha wanita paruh baya ini hidup sebatangkara dan tinggal di rumah tidak layak huni bahkan beratap bolong masih saja luput dari perhatian Pemerintah setempat.
Dari sekian banyak bantuan ternyata rumah Mak Ehot tak pernah tersentuh bantuan dari program Rutilahu ataupun Program lainnya.
Sedangkan untuk program sosial dari pemerintah Pusat dan Daerah di masa Pandemi Covid-19 yang begitu besar, Mak Ehot hanya menerima bantuan perbulan Rp.300.000,- itupun dirinya tak pernah tahu sumber bantuannya dari mana padahal, nilai bantuan dari Pemerintah yang terdampak pandemi covid-19 sebesar Rp.600.000,- meski demikian Mak Ehot tetap menerima dengan ikhlas yang penting dirinya bisa bertahan hidup di masa pandemi seperti saat ini.
Kepada wartawan, Sabtu (19/09/2020) Mak Ehot berharap kepada Pemda setempat, agar membantu memperbaiki atap rumahnya yang saat ini tak layak huni.
“Saya sangat berharap bantuan dari pemerintah, karena selama ini saya tak pernah mendapat sentuhan apalagi mendapat program bedah rumah. Tidak pernah mas,” akunya.
Selain dengan kondisi seperti ini, lanjutnya dirinya juga dalam mencukupi kehidupan seharinya hanya mengandalkan kebaikan dari tetangga dengan berharap belas kasihan.
‘Iya mas, untuk bertahan hidup saya membantu tetangga dengan mencuci, mengasuh, itupun gak mungkin saya sanggup, apalagi mau memperbaiki rumah. Saya berharap Pemerintah Desa dan Pemda Purwakarta bisa membantu memperbaiki rumah saya, yang saat ini atapnya sudah pada bocor, bahkan mau ambruk,” harapnya.(RED)