Kontraktor Klarifikasi Pertemuan Soal Utang, Sebut Tidak Ada Rencana Aksi

Mataram | Beberapa hari terakhir viral sebuah video yang beredar yang memuat belasan kontraktor menyebut akan berkemah di Kantor Gubernur NTB dan menyegel Kantor BPKAD Provinsi NTB terkait utang Pemprov NTB terhadap sejumlah kontraktor.

Terlihat dalam video yang beredar, kontraktor sekaligus Wakil Ketua II Bidang Kaderisasi dan Ideologi DPC PDIP Lombok Timur, Ahmad Amrullah, mengatakan kontraktor dan buruh bangunan akan berkemah di Kantor Gubernur NTB.

“Kami para kontraktor yang dizolimi menuntut hak untuk dibayar utang pekerjaan pada tahun 2022. Jika tuntutan kami tidak segera ditindaklanjuti, maka beserta buruh bangunan akan berkemah di Kantor Gubernur NTB. Kami para kontraktor akan menyegel Kantor BPKAD Provinsi NTB,” kata Amrullah di Tuwa Kawa Mataram.

Namun kontraktor yang hadir mengaku tidak mengetahui bahwa pertemuan mereka di Kafe Tuwa Kawa untuk rencana kemah dan penyegelan kantor. Seperti Yuni, salah seorang kontraktor wanita yang hadir mengaku kaget dengan rencana berkemah yang disampaikan Amrullah.

Dia mengaku hanya dihubungi untuk rapat biasa dan silaturahmi. Dia menyangka momen tersebut untuk halal bi halal, namun dia kaget begitu acara usai diisi dengan pernyataan sikap orang yang menyebut diri kontraktor terzolimi.

“Masak iya aku cewek mau kemah, dong anakku nangis di rumah. Teman-teman semua yang hadir dikira rapat biasa, halal bi halal. Aku kaget sampai berkemah segala,” katanya dikonfirmasi, Sabtu, 6 Mei 2023.

Dia mengatakan tidak ada niat mau berkemah di Kantor Gubernur NTB atau menyegel Kantor BPKAD.

“Murni (proyek) tiang (saya) sudah dibayar. Saya ke sana pertemuan halal bi halal ketemu sama teman-teman, enggak ada niat saya keberatan, mau ikut-ikutan begitu,” ujarnya.

Dia memaklumi kondisi Pemprov NTB yang belum dapat melunasi utang pada kontraktor. Itu bukan karena ada niat yang tidak ingin membayar, namun saat itu kondisi pandemi di mana anggaran yang seharusnya untuk membayar rekanan justru digunakan untuk penanganan pandemi.

“Saya murni sudah dibayar, cuma ada perubahan yang belum. Saya maklumi kondisi Pemprov. Intinya kan semua (akan) dibayar,” ujarnya.

Yuni mengatakan, begitu video viral di media sosial, dia buru-buru ingin mengklarifikasi bahwa dia tidak ikut-ikutan dalam rencana kemah atau menyegel kantor.

“Saya hubungi orang-orang bagaimana cara aku klarifikasi. Aku yang minta diklarifikasi, aku enggak ikut-ikutan, enggak ada sampai mau berkemah,” katanya.

Didesak Berkemah dan Segel Kantor

Sementara kontraktor lainnya, Ahyar, mengaku saat itu dihubungi seorang teman untuk menggelar rapat di Tuwa Kawa. Dia kemudian menghubungi teman lainnya untuk ikut. Ada sekitar 15 kontraktor yang hadir dalam pertemuan tersebut.

“Sebetulnya ceritanya begini saya dihubungi sama teman-teman untuk kumpul dadakan. Nanti malam ke Tuwa Kawa. Terus saya ajak teman-teman lain. Saya kira hanya sekedar info. Sampai di sana biasa kita diskusi,” ujarnya.

Dia mengaku bahwa dalam diskusi tersebut untuk menjawab pernyataan Gubernur NTB dan Ketua DPRD NTB di media soal utang. Dia kemudian menawarkan mediasi dengan cara mendatangi BPKAD atau dinas terkait lainnya soal persoalan utang.

Tidak ada terlintas dalam pikirannya soal rencana aksi kemah atau penyegelan kantor. Dia menawarkan untuk bertemu dan mediasi bersama pihak terkait untuk persoalan utang. Namun sekitar 3 hingga 4 rekannya meminta agar menggelar aksi kemah dan penyegelan kantor.

“Saran saya mediasi atau dialog dahulu, tapi itu di counter sama Amrul dan beberapa teman yang meminta untuk berkemah, segel kantor,” katanya.

Dia mengaku saat itu memang tidak banyak teman-teman yang sepakat dengan aksi rencana kemah dan penyegelan kantor, apalagi BPKAD sudah menjanjikan pembayaran di tahun ini.

“Rencana kemah dan penyegelan itu menurut saya di akhir ketika sudah buntu. Kalau sekarang masih bisa peluang dialog mencari solusi,” ujarnya.

error: Content is protected !!