Sumbawa Barat – Puluhan warga Desa Kiantar, Kecamatan Poto Tano, Kabupaten Sumbawa Barat, kembali menolak menjual lahannya untuk kepentingan bandara baru tersebut.
Salah seorang pemilik lahan sekaligus perwakilan warga setempat, Abdul Wahab menegaskan dari 24 warga termasuk dirinya telah sepakat menolak untuk menjual lahannya kepada siapapun.
“Apapun alasannya, kami tidak mau menjual lahan itu. Terserah kalau yang lain,” tegas Wahab, kepada wartawan, Jum’at (4/6/2021).
Menurut dia, rencana pembangunan bandara itu telah mengganggu ketenangan warga, karena secara tidak langsung warga gelisah harus menjual lahannya yang sudah bertahun-tahun dimana lokasi tersebut, sebagai lahan mengais rejeki untuk kebutuhan sehari-hari keluarganya.
“Kami sudah nyaman tinggal di sini, kenapa harus kami jual. Pokoknya kami tidak mau bernegosiasi lagi apapun alasannya,” ujarnya.
Kendati harga pasaran tanah di sekitar wilayahnya 400 hingga 500 juta lebih per hektar, Wahab akrab pria itu disapa menegaskan, penolakan dirinya bersama 23 warga lainnya yang memiliki lahan tersebut sudah bulat.
“Intinya, kami tidak mau menjual lahan warisan leluhur kami. Jadi sikap kami sudah jelas dan bulat menolak. Gak ada tawar menawar lagi,” tegasnya kembali.
Selain Wahab, yang terkena langsung dampak pembebasan lahan, penolakan terhadap rencana pembangunan bandara itu juga disampaikan warga yang wilayahnya tidak terkena dampak.
Kepada media, Burhan Boy warga desa Tua Nanga mengatakan, wilayahnya memang tidak terkena dampak bandara itu, tetapi sebagian warga sudah memilih sikap menolak.
“Bagaimana pun kami pasti juga kena imbas dari pembangunan bandara itu. Dampak sosialnya akan buruk bagi warga kami,” ujarnya.
“Selain memikirkan dampak, penolakan ini juga sebagai bentuk solidaritas terhadap warga lainnya yang terkena dampak bandara tersebut,” kata dia menambahkan.
Terpisah, Ketua Tim Fasilitasi Pembebasan Lahan Amar Nurmansyah dikonfirmasi via pesan aplikasi WhatsApp, Jum’at (4/6/2021) menjelaskan bahwa hingga saat ini tim terus melakukan upaya persuasif, kendati sebagian warga menolak lahannya untuk di jual.
“Saat ini, kami mengedepankan langkah-langkah persuasif dengan pemilik lahan yang belum setuju. Bersama tim fasilitasi dari pemkab, saya sudah minta untuk turun langsung memberikan pemahaman kepada masyarakat yang menolak,” jelasnya.
Ia menegaskan terkait 24 warga yang masih bertahan lahannya untuk di jual, dirinya bersama tim fasilitasi akan kroscek ke lapangan lagi. Namun disisi lain, sebagian pemilik lahan yang sudah setuju, saat ini sedang berproses dan pihaknya bersama tim terus berjalan sesuai dengan prosedur.
“Ya baru kemarin sore kami evaluasi terkait hal itu. Dan Insya Allah, tim fasilitasi mulai jalan untuk segera menuntaskan persoalaan yang terjadi di lapangan,” tukasnya.