MPK Geram : Perusahaan Yang Beroperasi di Tiu Suntuk Harus Peduli Pekerja Lokal

InsideNTB.com, Sumbawa Barat – Terkait ketidak pedulian pihak perusahaan terhadap tenaga kerja skill lokal, sejumlah masyarakat yang tergabung dalam Masyarakat Pencari Kerja (MPK) geram. Pasalnya, dua perusahaan besar yang berekspansi di Dusun Hijrah, Desa Mujahiddin, Kecamatan Brang Ene, Sumbawa Barat, terkesan tidak pernah melibatkan pekerja skil lokal dalam proses pembangunan Bendungan Tiu Suntuk.

Hingga saat ini, proses pembangunan Bendungan Tiu Suntuk dengan nilai satu triliun lebih bersumber dari APBN ini tetap berlanjut, namun mirisnya tidak satupun tenaga kerja Skil lokal dilibatkan dalam pembangunan Bendungan tersebut.

“Tidak ada rasa mengharagai itu kalimat yang pantas diberikan kepada Perusahaan yang sedang mengelola APBN tersebut,” keluh kata Hartoni salah satu tenaga kerja skill lokal yang tergabung dalam Masyarakat Pencari Kerja, kepada media ini, Kamis (23/4/2020) kemarin.

Menurutnya, ada beberapa alat berat sudah beroperasi dan menggunakan operator seperti operator alat berat dan tenaga helper, mereka sudah mulai bekerja dengan jumlah belasan alat berat, namun tidak satupun warga lokal yang di pekerjakan oleh pihak perusahaan.

MPK, dengan tegas menginginkan proses pekerjaan diberhentikan sebelum tenaga kerja lokal dilibatka. Karena hingga saat ini belum ada desas desus terkait kapan akan perekrutan tenaga kerja. Padahal proses pekerjaan tetap berlanjut dengan tenaga kerja dari luar.

“Usir pekerja luar sebelum tenaga kerla lokal dipekerjakan semua, selama skil dan kemampuan bisa dikerjakan oleh tenaga kerja lokal, kenapa harus menggunakan tenaga kerja dari luar,” kesalnya.

Ia juga meminta kepada Pemda setempat jangan hanya diam melihat kondisi seperti ini, peran serta sebagai pengatur masyarakat harus terlibat dalam proses perekrutan tenaga kerja, guna memberikan asas manfaat dan mengurangi pengangguran pada kawasan terdampak.

“Bangkit melawan atau diam tertindas masih saja kita gunakan meski sudah puluhan tahun kita merdeka,” sindirnya.

Hal yang sama di sampaikan Haris, menurutnya, sejak beroperasinya alat berat yang digunakan untuk pembangunan tiu suntuk pekerja lokal tetap memberikan kesempatan kepada mereka untuk bekerja dengan alat yang semula ada. Namun, mirisnya satu demi satu alat berat yang berdatangan langsung diikuti oleh tenaga kerja dari luar.

“Aneh saja pak, masa tenaga kerja lokal di lihat sebelah mata. Lebih baik mati terbakar bersama lumbung padi, daripada tikus mati di lumbung padi,” kata dia sembari mengeluh.

Dikonfirmasi terpisah, Drs Abdul Razak, selaku Camat Brang Ene menerangkan. Tidak ada penambahan alat berat atau penambahab operator, mereka beroperasi dengan jumlah alat yang ada sejak dulu.

“Saya sempat dengar riak ditengah masyarakat itu, dan saya langsung menemui Kades Mujahiddin, kata Kades, tidak ada penambahan alat,” ujarnya.

Memang benar, tambah Camat, kalau operator alat berat yang bekerja sekarang belum ada dari pekerja lokal, rata-rata dari Bima Dompo, itupun operator yang sering mereka pake sejak dulu.

“Perekrutan akan tetap ada, tunggu mereka selesai buat bascamp, kita sabar dulu ya,” terangnya.

Sebelumnya, Bupati Sumbawa Barat, Dr Ir H W Musyafirin MM, meminta dua perusahaan pelaksana pembangunan Tiu Suntuk, yaitu PT Bahagia Bangun Nusa (BBN) dan PT Nindya Karya membangun sinergitas dengan perusahaan lokal dan tenaga kerja lokal. Hal tersebut sebagai bentuk kemitraan dan pemberdayaan.

“Kami berharap, perusahaan lokal dan tenaga kerja lokal libatkan sebagai bentuk mereka (Masyarakat-Red) bekerja membangun daerahnya sendiri,” ungkap Bupati saat itu.(ID/S)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!