Lombok  

Kisah Persahabatan Polisi Desa dan Guru Ngaji

InsideNTB.com, Lombok Timur – Ustad Zaedun seorang guru ngaji asal Dusun Koko Desa Tanjung Luar, Kecamatan Kruak Kabupaten Lombok Timur tampak sumringah. Siang itu, iya kedatangan tamu istimewah.

Dia adalah Bripka Lalu Budi Saputra. Bhabinkambmas yang kesehariannya ditugaskan berjibaku bersama masyarakat mengamankan desa diujung timur kabupaten yang dikenal sebagai kota santri itu.

“Beliau pak bhabinkambmas saya kenal supel. Saya gak nyangka, beliau khusus ketemu saya hanya untuk menghadiahi saya sarung baru. Saya kaget pak,” kata Zaedun.

Zaedun lalu sekilas menceritakan pertemuan dengan sang bhabinkambmas. Ketika itu sang bhabinkamtibmas memfasilitasi penyelesaian kasusnya secara damai akibat dilaporkan orang tua muridnya sendiri karena diduga menampar. Syukurnya hanya mis komunikasi saja, masalahnya pun selesai dan harmonis kembali.

Zaedun bersyukur pendekatan dan fasilitasi sang bhabinkamtibmas ternyata membuat keluarga dan masyarakat nyaman serta hidup berdampingan debgan damai kembali. Bahkan semangat kekeluargaan terus terpupuk.

“Alhamdulillah pak,” ucap, Zaedun syukur.

Tidak hanya itu, guru ngaji di desa yang sama, Munir dan Saeful Bachri, juga bahagia diberikan sarung baru oleh sang bhabinkamtibmas. Munirpun bangga, profesinya sebagai guru ngaji di puji dan begitu dihargai polisi desa itu. Begitu juga Saeful Bachri.

“Saya seneng sekali pak polisi bhabin ini memperhatikan kami hanya seorang guru ngaji. Saya bersyukur pak,” kata Munir dialek khas sasak.

Bhabinkamtibmas, Bripka Lalu Budi Saputra menjelaskan laporan kekerasan antara guru dan murid menjadi fenomena baru akhir akhir. Itu sering terlihat di berita televisi dan terjadi dibanyak daerah.

“Kami setiap waktu diingat pimpinan. Baik itu arahan bapak Kapolres Lombok Timur melalui bapak Kapolsek Kruak. Pentingnya, menciptakan transformasi menuju polri yang presisi, hadir melalui penekanan pada upaya pendekatan pemolisian masyarakat yang prediktif,” ujarnya.

Ia sadar, sebagai polisi masyarakat dan ujung tombang pengendalian keamanan dan ketertiban masyarakat ditingkat bawah, Lalu Budi bangga bisa merasakan derap nadi kehidupan sosial masyarakat di desa.

“Sarung itu simbol penghargaan kami pak kepada pada guru ngaji serta para guru dan ulama dimanapun berada. Bahwa guru adalah orang tua kita. Sebab, orang tua tidak hanya melahirkan kita, tetapi juga mendidik, memberi ilmu dan mempin agar kehidupan kita lebih teratur serta lebih baik,” ucapnya, serius.(RED)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!