(Foto infografis penurunan angka kemiskinan NTB. Sumber Fitra NTB Tahun 2017-2021)
Sumbawa Barat | Indeks penurunan angka kemiskinan menjadi variabel penting dalam mengukur capaian pertumbuhan ekonomi di Nusa Tenggara Barat (NTB).
Badan Pusat Statistik (BPS) NTB mencatat, angka penurunan kemiskinan ekstrem tahun 2023 turun 0,64 persen dari 3,29 persen. Penyumbang tingginya prevalensi angka kemiskinan, dipengaruhi oleh angka stunting. Stunting sendiri adalah, kondisi gagal tumbuh akibat kurangnya asupan gizi, dimana kondisi yang ditandai kurangnya tinggi badan anak.
“Nah, prevalensi tingginya stunting itu ternyata mempengaruhi indeks angka kemiskinan kita. Itu BPS. Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) sejak tahun 2020 mampu menurunkan angka stunting hingga 24,6 persen tahun 2021 dari sebelumnya, sangat tinggi yakni, 33, 40 persen. Dan tahun 2023, turun signifikan lagi, hingga ditargetkan pada level 6,4 persen,” kata, ketua Taruna Merah Putih, Sumbawa Barat, Zulkarnaen Rudox, dalam rilis resminya, di Sumbawa Barat, Jum’at (29/3/2024).

Sumbawa Barat kata Rudok bahkan menargetkan angka stunting turun hingga 4 persen pada 2024 (Sumber PPID Sumbawa Barat, 28/2/2023). Penurunan angka stunting ini tidak lepas dari skema stimulus penanganan stunting yang dilakukan pemerintah setempat.
Buktinya kata Zulkarnaen, angka kemiskinan ekstrem di Sumbawa Barat terjun bebas sejak tahun 2017 hingga Desember 2023. Yakni dari 15,96 persen turun sampai 13, 02 persen tahun 2022. artinya, laju penurunan angka kemiskinan Sumbawa Barat sangat signifikan rata rata hampir diatas satu digit selama lima tahun terakhir, (sumber Sumbawa Barat dalam angka).
Sementara itu, di NTB sendiri angka stunting NTB turun 24,6 persen dari 32,7 persen tahun 2022. Itu sesuai data studi status gizi indonesia (SSGI). Dan indeks penurunan angka stunting tertinggi justru di Sumbang Kabupaten Sumbawa Barat.

“Sumbawa Barat selama lima tahun terakhir, menjalankan program posyandu gotong royong. Dimana, bantuan makanan tambahan serta produk makanan bergizi ditingkatkan. Artinya, ada fokus pencegahan stunting yang dilakukan mulai dari tingkat posyandu. Kerjasama dengan pendamping desa, pendamping keluarga dan pendamping gizi,” kata, Zulkarnaen lagi.
Belum lagi kata Zulkarnaen, soal sanitasi berbasis program jambanisasi dan lima pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Artinya, kata Zulkarnaen, sanitasi sangat mempengaruhi pola hidup dan taraf hidup.
Kebijakan strategis Sumbawa Barat ini dianggap skema yang paling fokus untuk penanggulangan kemiskinan di Nusa Tenggara Barat yang memang pendekatannya kontekstual masalah sosial di lapangan.
“Saya pikir, skema penaggulangan kemiskinan di level provinsi masih didominasi sumbangsi Sumbawa Barat dalam menurunkan angka stunting,” demikian, Zulkarnaen.
Sesuai dengan syarat BPS. Kemiskinan sangat dipengaruhi faktor, inflasi, jumlah penduduk, distribusi pengeluaran, konsumsi jumlah kalori terhadap komoditas yang mempengaruhi Gizi.