Bandara Kiantar Terkesan Dikebut, Untuk Apa dan Siapa Mau ke KSB

InsideNTB.com, Sumbawa Barat – Pembangunan bandar udara dipastikan akan dibangun di Desa Kiantar, Kecamatan Poto Tano, Kabupaten Sumbawa Barat setelah di lakukan tahapan sosialisasi oleh Bupati Dr. HW. Musyafirin, MM, beberapa waktu lalu.

Tentunya, dengan kehadiran bandara udara tersebut akan menguntungkan bagi masyarakat sekitar dan umumnya masyarakat di Sumbawa Barat. Namun, akhir-akhir ini bandara udara yang rencana akan di bangun di atas lahan 100 Hektar menjadi sorotan. Pasalnya, pembangunan tersebut masih menuai tanda tanya apakah diperuntukan untuk umum atau sebagai bandara khusus.

Menanggapi hal tersebut, Tokoh Pers KSB sekaligus Ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Kabupaten Sumbawa Barat, Indra Irawan LM, S.Kom berpandangan, jika pembangunan bandara hanya di peruntukan sebagai bandara khusus, maka jelas bertentangan dengan UU Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Sebab, dalam UU No 2 Tahun 2012 Pasal 1 angka 6 bahwa, kepentingan umum adalah kepentingan bangsa, negara dan masyarakat yang harus di wujudkan pemerintah dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

“Uu itu jelas dan masyarakat juga harus paham terkait itu. Intinya, jangan sampai ada kepentingan lain atas pembangunan bandara tersebut, sebab terkesan terburu-buru apalagi saat ini tahapan sosialisasinya gencar dilakukan,” ungkap Indra, dalam keterangannya, Senin (26/4/2021).

Jadi, menurutnya, sebelum pembangunan bandara di mulai seharusnya pemerintah daerah atau pihak swasta diminta untuk menjelaskan secara detail terkait keberadaan bandara tersebut, apakah nantinya sebagai bandara khusus atau bandara umum.

“Ya, ini harus di pertegas oleh Pemda KSB, jangan sampai persepsi ditengah masyarakat berbeda-beda, ketika, bandara itu selesai apakah nantinya akan menjadi bandara khusus atau bandara untuk umum,” urainya.

Ia juga menjelaskan, kalau tujuan untuk konektivitas antar pulau dan sarana keterbukaan dan pilihan transportasi publik memang itu menjadi masalah KSB selama ini.

Akan tetapi dikatakannya, bicara konektivitas sebenarnya KSB sudah memiliki rencana untuk itu, misalnya dengan adanya kapal cepat di Benete selain untuk melayani penumpang karyawan perusahaan tambang Batu Hijau, juga melayani masyarakat umum begitu juga dengan pembangunan bandara Sekongkang saat itu.

“Tapi entah kenapa kemudian setelah kapal cepat diganti dari KSB ekspres ke kapal cepat lainnya penumpang umum tidak boleh lagi, padahal kalau bicara konektivitas kapal cepat itu salah satu sarana transportasi pilihan memudahkan orang datang ke KSB seperti untuk tujuan pariwisata,” ujar Indra.

Dikatakan Indra, PT AMNT maupun Pemerintah KSB harus melihat kembali rencana pembangunan selama ini secara mendasar dan utuh sesuai dengan potensi wilayah.

Misalnya menurut Indra, rencana pembangunan bandara di Sekongkang dulu dan membuka kapal cepat di Benete untuk Publik, karena berdasarkan potensi wilayah di Sekongkang dan Maluk khususnya, secara alami tumbuh sektor Pariwisata, terbukti dengan hadirnya banyak investasi Perhotelan disana dan juga wisatawan asing banyak berkunjung seperti untuk surfing dengan promo event surfing kelas dunia yang getol digelar selama ini.

“Pemprov NTB seperti disampaikan Gubernur juga beberapa bulan lalu ada juga wacana mengaktifkan kembali bandara di Lunyuk, ini tentunya karena melihat potensi di lingkar selatan, nah maka disini juga penting koordinasi pembangunan,” ujar Indra.

Artinya menurut Indra, potensi wilayah harus dijadikan dasar dalam pembangunan, ia mencontohkan di Bali dan Lombok.Bali bandara dibangun di Kuta karena potensi utama Pariwisata ada di Kuta kemudian Lombok di Mandalika karena di Mandalika industri pariwisata dibangun disitu meski bandara sebelumnya terpaksa ditutup.

Kalau kemudian bandara dibangun di Kiantar Poto Tano, seperti disampaikan Pemerintah untuk segera mengerakkan pariwisata di KSB, itu sah saja maka menurut Indra, instrumen pembangunan pariwisata harus segera dimulai, baik SDM maupun infrastruktur yang ada termasuk destinasi wisata yang ada di KSB umumnya.

“Potensi wisata KSB itu komplit, dalam data yang kami peroleh ada sekitar 40 an, nah sekarang bagaimana pemerintah dan dukungan AMNT misalnya mulailah garap dan fokus satu-satu, coba kalau dari sejak 5 tahun terakhir saja misalnya dibangun satu persatu destinasi itu maka dalam 5 tahun kita dah punya 5 destinasi, ” ujar Indra.

Bicara khusus pariwisata, sekarang beberapa destinasi yang ada dan bergerak di KSB dicontohkan Indra, seperti Pantai Balad, Poto Batu dan Air Terjun Kalela misalnya itu tumbuh atas partisipasi masyarakat.

Dan itu menurut Indra sangat bagus namum pemerintah maupun PT AMNT harus segera hadir memberi support secara total termasuk mengajak kolaborasi dengan pengusaha – pengusaha lokal misalnya membangun fasilitas maupun wahana wahana pariwisata pendukung, sehingga destinasi yang ada tersebut benar-benar layak dikunjungi terutama bagi tamu luar daerah.

“Sekarang Balad misalnya sudah bagus sejak ditata, begitu juga Air terjun Kalela potensi pengunjungnya luar biasa, tapi respon Pemerintah termasuk PT AMNT yang katanya punya rencana meneruskan visi PT NNT sendiri kurang greget, padahal partisipasi masyarakat riil disana, kalau tidak segera direspon maka omong kosong semua jalan di tempat gak akan maju,” tandas Indra.

Kembali kepada persoalan konektivitas antar pulau tadi, Indra kembali mengingatkan Pemerintah sebenarnya sudah punya rencana sebelumnya dengan dibukanya transportasi Kapal Cepat di Poto Tano, sebelum wacana muncul pembangunan Bandara di Kiantar.

Itu menurut Indra sebenarnya bagus tapi nyatanya sampai hari ini belum juga beroperasi karena terkendala ijin dokumen dan seterusnya.

Adanya pilihan-pilihan sarana transportasi menuju KSB, baik pesawat maupun kapal cepat untuk konektivitas itu menurut Indra bagus, karena memang dalam hal transportasi ini pengguna jasa juga ada pilihan karena tidak semua orang bisa dan suka naik pesawat maka ada pilihan lain, misalnya menuju pulau lombok dari Bali itu bisa dengan kapal cepat bisa juga dengan pesawat jangan lupa dengan kapal biasa juga banyak yang suka.

Untuk kapal cepat misalnya ada sekurangnya 6 trip sehari Bali-Lombok kalau 1 trip ada 50 saja wisatawan maka dalam sehari ada 300 orang datang ke Lombok dengan kapal cepat itu luar biasa, KSB pun berpotensi untuk itu tapi hendaknya sungguh-sungguh buka aksesnya.

“Jadi kesimpulan yang ingin kami sampaikan disini baik Pemkab KSB maupun PT AMNT, bicara bandara dan konektivitas adalah bicara mau ngapain orang ke KSB itu dulu, nah salah satunya ya memang benar pariwisata itu tapi mana yang sudah layak dijual hingga saat ini, seperti kata beberapa teman media jangan sampai indah kabar dari rupa,” imbuh Indra.

Terakhir Indra mengatakan, kalau ingin mencoba seperti apa potensi kunjungan Pariwisata KSB maka cobalah serius mulai segera operasikan Kapal Cepat di Poto Tano dan buka kembali akses kapal cepat untuk umum di Benete, agar wisatawan bisa langsung menuju titik wisata pantai-pantai yang indah di Sekongkang, toh juga promosinya sudah dari dulu dilakukan seperti event surfing dan poster di bandara Lombok.

“Dari situ kita bisa ukur potensinya seperti apa, jangan karena ada rencana bangun yang satunya yang lain ditinggalkan sembari juga segera ditata potensi destinasi wisata itu, kita diburu waktu dan kita kehilangan waktu dan tertinggal beberapa tahun, jangan sampai molor lagi karena tidak ada kesiapan, bayangkan NTB sekarang dengan pulau Lombok akan di prediksi banjir wisatawan dengan event-event kelas dunia seperti moto Gp, sekarang perlu dipikir bagaimana imbas positifnya lari ke Pulau Sumbawa, dan KSB yang berada di ujung barat Pulau Sumbawa tentu pertama diharapkan bisa merasakan efeknya, bukan kah KSB selama ini kerapkali ikut promo promo wisata, harusnya seiring dengan kesiapan lainnya,” demikian, pungkas Indra Irawan.(RED)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!