Kampus Sebut Radikalisme Doktrin Pecah Belah Bangsa

Sumbawa Barat | Mahasiswa dan civitas akademika kampus Universitas Cordova di Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) sepakat menolak Radikalisme dan intoleransi.

Otoritas kampus menyebut, Radikalisme merupakan candu dan doktrin yang justru memecah belah faham kebangsaan kita.

“Secara filsafat, pemikiran radikal itu baik. Berfikir substansial dan mengakar. Tapi Radikalisme atau pemikiran yang diaktualisasi dengan tindakan teror, menyimpang dan mengajarkan kekerasan itu merusak. Dan kampus menolak itu,” kata, ketua Lembaga Riset Publikasi dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Cordova, Akhairuddin, dalam sebuah diskusi bertajuk penanaman nilai-nilai kebangsaan sebagai upaya pencegahan radikalisme dikalangan Mahasiswa, Kamis (14/7/2022).

Pemikiran Radikal yang bermaksud menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial politik dengan cara cara bertentangan dengan falsafah negara dan merusak ukhuwah dengan teror dan kekerasan, merupakan faham yang terlarang. Menurutnya, Mahasiswa dan Kampus menolak serta ikut mencegah doktrin demikian.

“Radikalisme bukan doktrin dan cara berfikir kampus. Itu menyimpang,” tegasnya lagi.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumbawa Barat, Ustad Tuan Guru Haji (TGH) Doktor, Burhanuddin, M.Pdi menegaskan, masyarakat Islam di Indonesia perlu memperkuat pemahaman Islam Wasathiyah atau moderat. Ini menurutnya, akan menjadi benteng kokoh dalam menghadapi ancaman radikalisme di Indonesia.

“Ciri-ciri gerakan Radikalisme kelompok
yaitu kelompok yang mengklaim kebenaran itu tunggal sehingga terlalu enteng menyesatkan kelompok lain yang tidak sependapat dengannya,” terangnya.

Kepala Urusan Bagian Operasi (KBO) Satuan Intelijen Keamanan (Intelkam) Polres Sumbawa Barat, IPDA. Puguh Santoso menyebut anak muda dan mahasiswa menjadi sasaran empuk Radikalisme.

Kaum Radikal ini kata Puguh, sering mempertajam perbedaan dan menjauhi toleransi. Ini kata dia menjadi biang perpecahan di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Kami dari kepolisian negara yang bertanggung jawab mengawal dan mendeteksi ancaman keamanan dan ketertiban masyarakat, sikap intoleran dan Radikalisme dalam agama, sosial dan politik bisa mengancam perpecahan dan stabilitas negara. Karena itu, kami berharap kita semua ikut menjaga dan mencegah faham radikal ini muncul,” demikian, Puguh.

Diskusi dan seminar yang bertajuk penanaman nilai-nilai kebangsaan sebagai upaya pencegahan radikalisme dikalangan mahasiswa universitas Sumbawa Barat, diikuti setidak lebih dari empat puluh mahasiswa.

Mereka terdiri dari, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) dan Organisasi Eksternal Kemahasiswaan. Seperti PMII, HMI, IMM dan FL2MI.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!