InsideNTB.com, Mataram – Beberapa hari yang lalu muncul isu menginstruksikan bahkan mewajibkan warga NU untuk mendukung salah satu kontestan Pasangan Calon (Paslon) Bupati dan Wakil Bupati di wilayah Kabupaten Lombok Tengah.
Habibul Umam Taqiuddin putra mantan Ketua PWNU NTB membantah isu yang digulirkan oleh sejumlah oknum yang tidak bertanggung jawab dan isu tersebut tidak benar terlebih menyesatkan.
“Tidak benar jika ada oknum yang menginstruksikan jamaah NU untuk memilih salah satu paslon, itu isu menyesatkan jamaah NU,” tegas Habibul Umam Taqiuddin di Mataram, Kamis (22/10/20).
Ia menegaskan, merujuk kepada fakta sejarah, PWNU NTB di masa kepemimpinan Almagfurullah Drs. TGH. Ahmad Taqiuddin Manshur, M. Pdi, secara tegas menyatakan bahwa sebagai organisasi keagamaan terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama secara institusi tidak dalam posisi menggiring dukungan kepada salah satu calon menjelang pilkada NTB tahun 2013 lalu.
Bahkan, Dzuriyat Almarhum Drs. TGH. Ahmad Taqiuddin Manshur, ini menjelaskan bahwa, NU selalu mempersilahkan kader Nahdliyin untuk tampil dalam kancah perpolitikan, tapi secara institusi NU dalam sikap politiknya tidak dalam posisi menggiring ke salah satu calon.
“Artinya, NU tetap membebaskan warga Nahdliyin. Secara institusi NU ada dalam posisi mencerahkan. NU harus tetap berada sesuai dengan koridornya berdasarkan hasil Munas alim Ulama NU di Situbondo, Jawa Timur, pada tahun 1983 adalah kembali kepada Khittah NU 1926,” tegas Habib.
“Melihat realita tersebut maka tokoh-tokoh NU yang terlibat sebagai timses salah satu calon tidak berhak mengklaim dukungan NU kepada salah satu calon,” tambahnya geram.
Lebih lanjut Gus Habib mengatakan bahwa, karena itu dalam memberikan pencerahan kepada jamiyah Nahdatul Ulama, maka tokoh-tokoh NU yang terlibat sebagai timses masing-masing, seharusnya bersandar kepada nilai-nilai ahlussunah wal jamaah yaitu tawasuth (moderat), tasamuh (toleransi,) ta’awun (berimbang), dan amar ma’ruf nahi munkar.
Gus Habib menututurkan, mukaddimah pidato sambutan ayahanda Drs. TGH. Ahmd Taqiuddin Manshur, M. Pd.I yang juga mantan Ketua PWNU NTB di setiap acara berbunyi ” Alhamdulillahil Qā’il, Innamā Yakhsyallaha min ‘ibaadihil ‘Ulama’. Wassholatu wassalamu ‘alā sayyidina Muhammadinn Nabiyyan wa rosūla, Wa ‘alā ālihi wa sohbihi wa man tabi’ahu wal ‘Ulama’warotsatul Anbiya’. Allahummaj’al Lana Amri Nahdotil ‘Ulama’, Ghālibatan wa Farajan wa Makhraja.
Arti dari muqaddimah ini adalah beliau selalu memuliakan ulama dan Nahdlatul Ulama, sebab ulama adalah pewaris para nabi. Maka marwah NU sebagai organisasi keagamaan terbesar di Indonesia harus dijaga dan dihormati.
“Jelas posisi NU secara institusi tidak mengiring ke salah satu calon. Namun, dalam Pilkada Lombok Tengah kali ini, bisa saja warga NU memilih Lale Prayatni (Lale SILENG) atau yang lain,
Putra Alm Tuan Guru Taqiudin Bantah Isu NU Mendukung Salah Satu Paslon
InsideNTB.com, Mataram – Beberapa hari yang lalu muncul isu menginstruksikan bahkan mewajibkan warga NU untuk mendukung salah satu kontestan Pasangan Calon (Paslon) Bupati dan Wakil Bupati di wilayah Kabupaten Lombok Tengah.
Habibul Umam Taqiuddin putra mantan Ketua PWNU NTB membantah isu yang digulirkan oleh sejumlah oknum yang tidak bertanggung jawab dan isu tersebut tidak benar terlebih menyesatkan.
“Tidak benar jika ada oknum yang menginstruksikan jamaah NU untuk memilih salah satu paslon, itu isu menyesatkan jamaah NU,” tegas Habibul Umam Taqiuddin di Mataram, Kamis (22/10/20).
Ia menegaskan, merujuk kepada fakta sejarah, PWNU NTB di masa kepemimpinan Almagfurullah Drs. TGH. Ahmad Taqiuddin Manshur, M. Pdi, secara tegas menyatakan bahwa sebagai organisasi keagamaan terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama secara institusi tidak dalam posisi menggiring dukungan kepada salah satu calon menjelang pilkada NTB tahun 2013 lalu.
Bahkan, Dzuriyat Almarhum Drs. TGH. Ahmad Taqiuddin Manshur, ini menjelaskan bahwa, NU selalu mempersilahkan kader Nahdliyin untuk tampil dalam kancah perpolitikan, tapi secara institusi NU dalam sikap politiknya tidak dalam posisi menggiring ke salah satu calon.
“Artinya, NU tetap membebaskan warga Nahdliyin. Secara institusi NU ada dalam posisi mencerahkan. NU harus tetap berada sesuai dengan koridornya berdasarkan hasil Munas alim Ulama NU di Situbondo, Jawa Timur, pada tahun 1983 adalah kembali kepada Khittah NU 1926,” tegas Habib.
“Melihat realita tersebut maka tokoh-tokoh NU yang terlibat sebagai timses salah satu calon tidak berhak mengklaim dukungan NU kepada salah satu calon,” tambahnya geram.
Lebih lanjut Gus Habib mengatakan bahwa, karena itu dalam memberikan pencerahan kepada jamiyah Nahdatul Ulama, maka tokoh-tokoh NU yang terlibat sebagai timses masing-masing, seharusnya bersandar kepada nilai-nilai ahlussunah wal jamaah yaitu tawasuth (moderat), tasamuh (toleransi,) ta’awun (berimbang), dan amar ma’ruf nahi munkar.
Gus Habib menututurkan, mukaddimah pidato sambutan ayahanda Drs. TGH. Ahmd Taqiuddin Manshur, M. Pd.I yang juga mantan Ketua PWNU NTB di setiap acara berbunyi ” Alhamdulillahil Qā’il, Innamā Yakhsyallaha min ‘ibaadihil ‘Ulama’. Wassholatu wassalamu ‘alā sayyidina Muhammadinn Nabiyyan wa rosūla, Wa ‘alā ālihi wa sohbihi wa man tabi’ahu wal ‘Ulama’warotsatul Anbiya’. Allahummaj’al Lana Amri Nahdotil ‘Ulama’, Ghālibatan wa Farajan wa Makhraja.
Arti dari muqaddimah ini adalah beliau selalu memuliakan ulama dan Nahdlatul Ulama, sebab ulama adalah pewaris para nabi. Maka marwah NU sebagai organisasi keagamaan terbesar di Indonesia harus dijaga dan dihormati.
“Jelas posisi NU secara institusi tidak mengiring ke salah satu calon. Namun, dalam Pilkada Lombok Tengah kali ini, bisa saja warga NU memilih Lale Prayatni (Lale Sileng) atau yang lain, tapi saya secara pribadi mempercayakan beliau (Lale Prayatni,red) sebagai pemimpin pilihan untuk Lombok Tengah lebih maju kedepan,” pungkas Habib.(ID/FZ*)