70 Ton Bibit Rumput Laut Digelontorkan Pemda KSB di Kertasari

Sumbawa Barat | Tim Dinas Perikanan (Diskan) Sumbawa Barat menegaskan, sudah memberi signal atas kondisi cuaca dan alur laut, yang menyebabkan petani rumput laut di sentra  budidaya rumput laut Kertasari, Kecamatan Taliwang, Sumbawa Barat, gagal panen.

Meski demikian, sebelumnya, Diskan setempat telah melakukan intervensi dengan memberikan  uji coba bantuan bibit kepada 10 orang petani setempat. Bibit yang di uji coba tersebut ternyata dilaporkan, tidak berkembang dengan baik, alias gagal.

“Tak henti disitu mas, tahun 2025 ini kita coba lagi alokasikan sekitar 70 ton bibit rumput laut untuk ditanam di Kertasari sekitar Desember ini. Kita upayakan lakukan pendampingan intensif dan mudah mudahan berhasil,” kata, Kepala Dinas (Kadis) Perikanan Sumbawa Barat, Noto Karyono, S. Pi, kepada wartawan menjawab, nasib para petani bidudaya rumput laut Kertasari  yang menderita gagal panen, Selasa (14/10/2025).

Sebelumnya, pemerintah Sumbawa Barat melalui Diskan setempat merilis data hasil uji labalatorium, di Balai Pengujian Mutu dan Pengembangan Produk Perikanan (BPM3P) Provinsi Jawa Timur.

Uji itu menyangkut kualitas baku mutu dan ekosistem perairan Kertasari. Dimana, data menunjukkan kandungan Arsenik atau senyawa logam berat di laut Kertasari terpantau 0,0002 Miligram per liter. Selanjutnya, Caliform Membrane Filter atau Cfu, terpantau ada 30 Cfu per 100 mililiter air laut disana.

Dengan data diatas disimpulkan kondisi ekosistem perairan Kertasari sebenarnya masih aman atau sesuai standar. Aturan baku mutu dan uji labolatirum tersebut sesuai dengan rujukan dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI, Nomor 2 Tahun 2003 tentang standar air minum dan air hygiene sesuai standar nasional.

“Berdasakan hasil uji lab, kualitas air budidaya rumput laut di Kertasari masih kategori aman. Karena merujuk pada hasil kandungan logam berat berbahaya (Cd, Pb, Hg, Sn) yang tidak terdeteksi dalam perairan disana. Sehingga tidak menjadi faktor penghambat utama pertumbuhan atau kematian bibit rumput laut. Atau kualitas air secara kimia, relatif bersih dari kontaminan logam berat,” demikian, Noto.

Hanya saja, Diskan setempat melaporkan kondisi perubahan cuaca dan geografis perairan Kertasari, berhadapan perairan cekung. Apalagi dihalangi dengan pulau didepannya. Alur air laut tidak kuat. Itu yang mengakibatkan pertumbuhan budidaya rumput laut menjadi lamban.

Kondisi berbeda dengan kawasan perairan Tua Nanga, Kecamatan Poto Tano, yang sirkulasi arus lautnya kuat karena kontur perairan yang tidak terhalang pulau dan cendernung datar alias tidak cekung.(**)